Kita semua tahu, karena media
massa baik media cetak ataupun media elektronik telah menyiarkan adanya
ketimpangan hukum atas Hak asasi manusia atau biasa dikenal HAM. Apakah HAM
itu? Hak dasar secara kodrati yang melekat pada diri manusia secara umum dan
langgeng. Jika kita refleksikan Sebuah bangsa bisa ditentukan dengan seberapa
besar bangsa tersebut menaruh penghormatan dan menjujung tinggi kepada manusia
dan kemanusiaan. Akan tetapi sagat disayangkan, tidak sperti apa yang telah
digembar gemborkan para pejuang HAM pendahulu, justru titik balik dari
penyelenwengan bakan sampai pelanggaran HAM terjadi akhir-akhir ini. Beragam
kasus pelanggaran HAM terjadi di sejumlah tanah bumi pertiwi, mulai dari dahulu
sampai sekarang, menunjukkan manusia dan kemanusiaan hanya dipandang sebatas hanya
pelaku kehidupan tanpa mempunyai arti. Harkat martabat manusia masih sangat
jauh dari tingkat kemuliaan, kehormatan hanyalah sekedar kapas, bahkan nyawa
manusia teramat sangat murah.
Masyarakat dengan jelas dapat
melihat yang terjadi akhir-akhir ini tentang kasus penembakan di sape pelabuhan
penyebrangan bima, berawal dari aspirasi rakyat tentang pencabutan SK (surat
keputusan) Bupati bima atas pemberian izin PT. Sumber Mineral Nusantara, massa
menduduki pelabuhan sape Bima, yang merupakan lalu lintas penyebrangan di bima,
kemudian dilakukan penegakan hukum untuk pembebasan pelabuhan. Akan tetapi
polisi dengan membabi buta menembaki kerumunan massa yang menduduki pelabuhan
tersebut. Polisi yang bersenjata lengkap versus rakyat sipil bersnjata ala
kadarnya demi penyelamatan diri terjadi pada waktu itu, akibatnya mengakibatkan
nyawa warga melayang begitu saja dan puluhan korban luka berat berjatuhan.
Slogan polisi “mengayomi,
melindungi dan melayani” hanyalah sekadar buaian, slogan yang mencitrakan
polisi adalah peduli kepada masyarakat, tetapi realnya nol besar, karena rasa
aman nyaman hanyalah harapan dan harapan belaka. Dari kasus bima kemudian kasus
kekejian yang terungkap tentang peristiwa Mesuji, lampung dan terakhir tentang
AAL anak penemu sandal butut yang kemudian menjadi tersangka pencuri sandal
anggota polisi adalah bukti bukti keterpihakan aparat kepada dirinya sendiri
dan juga keterpihakan pihak berwenang kepada orang atau perusahaan yang “berfulus”
atau banyak uang.
polisi kita hanya sebagai alat kelengkapan negara saja, tidak tau apa yang harus dilakukan. yang mereka tau hanya perintah dari atasan. tidak tau bagaimana penderitaan rakyat kecil,,,
BalasHapus